Behaviorisme yang Lupa Makna

Faisal Djabbar , Seorang Pembelajar dan Pemerhati Kebijakan Publik

NEWSSULSEL.id

Suatu ketika, di akhir abad 19, Ivan Petrovich Pavlov mengadakan penelitian menggunakan seekor anjing. Di depan anjing eksperimennya, yang sedang lapar, Pavlov menyalakan lampu. Penyalaan lampu tak membuat anjing mengeluarkan air liur. Lampu kembali dimatikan. Kini, Pavlov kembali akan menyalakan lampu. Tapi, kali ini dia menghidangkan daging segar. Lampu dinyalakan, dan daging diletakkan di hadapan anjing. Anjing mengeluarkan air liur.

 

Selanjutnya, tiap kali lampu dinyalakan, daging segar terhidang di depan anjing. Air liur anjing selalu keluar ketika daging ditaruh di mukanya. Setelah beberapa kali percobaan, tiap kali lampu dinyalakan dan daging dihidangkan, maka air liur anjing selalu keluar.

 

Kali ini Pavlov mencoba cara lain. Sekarang dia menyalakan lampu dan daging tak ada di hadapan anjing. Anehnya, anjing tetap mengeluarkan air liur. Pavlov telah sukses melakukan pelaziman (conditioning) terhadap anjing. Anjing dilazimkan untuk mengeluarkan air liur tiap kali lampu dinyalakan. Di sini berlaku prinsip stimulus-respons. Cahaya lampu menjadi stimulus. Air liur menjadi respons. Ada conditioned stimulus (cahaya lampu), ada conditioned response (air liur).

 

Dari penelitian dengan anjing, Pavlov menyimpulkan bahwa manusia, bak anjing penelitiannya, juga dibentuk semata-mata oleh lingkungannya. Manusia tunduk pada stimulus-stimulus yang datang padanya. Manusia menyerah di hadapan rangsangan-rangsangan yang menghujamnya. Jika Anda ingin anak Anda menuruti Anda, bentaklah ia terus-menerus. Katakan padanya untuk patuh pada Anda. Katakan itu tiap hari. Anda telah melakukan pelaziman.

 

Pelaziman merupakan inti behaviorisme. Behaviorisme adalah salah satu aliran dalam sejarah psikologi. Behaviorisme menitikberatkan studinya pada perilaku yang tampak, pada segala sesuatu yang dapat diamati. Aliran ini menganggap, kelainan kejiwaan bukanlah gangguan jiwa melainkan perilaku menyimpang akibat adanya pengkondisian yang terus menerus.

 

Pada satu hari, di tahun 1914, salah seorang mahasiswa Pavlov melaporkan kejadian istimewa. Mahasiswa ini telah berhasil melazimkan seekor anjing untuk mampu membedakan antara lingkaran dan elips. Anjing mengeluarkan air liur ketika melihat elips. Ketika melihat lingkaran, anjing tak meneteskan liur. Secara perlahan-lahan, mahasiswa itu mengubah elips hingga makin lama kian mirip lingkaran. Akhirnya, anjing tak bisa lagi membedakan keduanya. Tiga minggu kemudian, kemampuan anjing memburuk. Untuk akhirnya hilang sama sekali.

 

Pada saat bersamaan, ketika anjing tak mampu membedakan elips dan lingkaran, perilakunya berubah drastis. Anjing mendadak galak dan pemberang. Ia mengobrak-abrik alat-alat penelitian. Anjing menyalak keras dan ingin menyerang. Anjing telah mengalami proses pelaziman yang keliru. Anjing menjadi gila. Pavlov menyebutnya neurosis experimental.

 

Menurut Pavlov, manusia akan menderita penyakit serupa bila berhadapan dengan situasi yang tak bisa diatasi. Anjing berubah galak dan ganas ketika dia tak bisa lagi membedakan elips dan lingkaran. Manusia menderita neurosis sewaktu mendapati dirinya berada dalam persoalan yang tak mampu diselesaikannya. Untuk menyembuhkannya, lakukan kontra-pelaziman (counter conditioning). Atas penemuannya itu, Pavlov menjadi peletak dasar Behaviorisme. Hasil penelitian ini dipakai oleh John Watson untuk membentuk aliran behaviorime. John Watson adalah salah seorang pendiri behaviorisme, di samping Burhuss Frederick (BF) Skinner.

 

Metoda pelaziman banyak digunakan dalam konsep-konsep pendidikan. Bila Anda ingin siswa Anda menggemari Fisika, rangsanglah mereka dengan contoh-contoh mudah mempelajari Fisika. Tunjukkan juga teknik-teknik cepat menyelesaikan soal-soal Fisika. Pujilah mereka bila mampu mengerjakan soal dengan baik. Sesekali berilah hadiah. Akhirnya, mereka cinta Fisika. Dengan begitu Anda telah mengondisikan siswa Anda dengan stimulus-stimulus positif.

 

Selain itu, bila Anda ingin bayi Anda pandai berjalan, dukunglah ia. Bila terjatuh, bantulah ia untuk bangun. Pujilah dengan komentar-komentar positif. Latihlah bayi Anda berjalan, terus-menerus. Saat berbarengan, bila Anda menolak bayi Anda tak bisa berjalan, maka janganlah bantu dia. Biarkan ia tetap merangkak. Jangan puji ia. Berikan komentar-komentar negatif. Dijamin bayi Anda akan sulit untuk bisa berjalan.

 

Bila ada pelaziman positif, maka ada pelaziman negatif. Pelaziman negatif timbul ketika pelaziman itu melahirkan perasaan negatif, depresi, kecemasan, atau penderitaan. Terjadi proses belajar yang keliru.

 

John Watson pernah bereksperimen di tahun 1920. Dia memakai bayi sebagai obyek penelitiannya. Bayi eksperimen itu bernama Albert. Albert adalah bayi sehat berusia sebelas bulan, yang tinggal di rumah perawatan anak cacat. Ia berada di situ karena ibunya bekerja sebagai perawat. Dalam penelitian itu, Watson dan rekannya, Rosalie Rayner, menggunakan seekor tikus putih dan sepotong baja.

 

Awal eksperimen, kepada Albert diberikan tikus putih, yang segera diraihnya. Saat ia menyentuh tikus putih, sepotong baja dipukul dengan palu tepat di belakang kepala Albert. Albert melonjak, tersungkur, dan menyembunyikan mukanya di balik kasur. Proses ini diulangi. Kali ini Albert kembali melonjak, jatuh tertelungkup, dan mulai menangis.

 

Seminggu setelahnya, ketika tikus putih itu diberikan padanya, dia bimbang. Ketika tikus mengendus tangannya, Albert menarik tangannya. Pada enam kali percobaan berikutnya, tiap kali tikus diberikan padanya, batang baja dipukul. Reaksi Albert menunjukkan ketakutan yang sangat. Tangisannya meledak. Sewaktu tikus didekatkan lagi, Albert menangis, meraung-raung, berguling-guling, dan merangkak menjauhi tikus sejauh mungkin. Sekarang Albert bukan hanya takut pada tikus putih, ia juga takut pada kelinci, anjing, baju bulu, topeng sinterklas. Albert telah melebarkan fobia pada segala macam benda yang berbulu.

 

Percobaan Watson dengan Albert dan tikus putih kian mengukuhkan ketepatan aliran behaviorisme. Dalam behaviorisme, manusia pasif. Manusia tunduk sepenuhnya pada lingkungannya. Lingkunganlah yang memengaruhi manusia. Perilaku, cara berpikir, dan cara bertindak manusia ditentukan oleh lingkungannya.

 

Manusia adalah produk pengalamannya dengan lingkungannya. Anda adalah bukan apa yang Anda pikirkan. Anda adalah apa yang orang lain lakukan pada Anda. Anda menyerah pada perlakuan lingkungan terhadap Anda.

 

Bila Anda menderita neurosis, itu bukanlah gangguan kejiwaan. Neurosis timbul akibat proses pelaziman yang keliru. Untuk menyembuhkannya, bikinlah kontra-pelaziman. Dijamin Anda terbebas dari derita. Untuk menyembuhkan ketakutan bayi Albert pada semua benda berbulu, dekatkan ia pada wanita cantik-ramah yang berbusana mantel bulu. Sedikit demi sedikit, sambil digendong oleh si wanita, sentuhkan kulit Albert pada kelinci berbulu tebal.

 

Pada dasarnya, pelaziman dan kontra-pelaziman merupakan teknik-teknik modifikasi perilaku. Tapi, teknik ini menuai kritik. Teknik ini cocok pada binatang. Manusia bukan binatang. Dengan demikian, teknik ini tak dapat diterapkan pada manusia. Manusia bukan makhluk pasif. Manusia punya akal budi. Manusia tak lagi bisa dipandang sebagai tabula rasa yang dapat dibentuk seenaknya oleh lingkungan. Manusia bukan mesin. Manusia memiliki jiwa. Manusia secara aktif memperhatikan, menafsirkan, mengolah, dan menggunakan informasi.

 

Behaviorisme dikritik karena tiga hal. Pertama, behaviorisme tak memperhitungkan kesadaran manusia. Kedua, ia tak mampu menjelaskan dimensi perilaku manusia, seperti cinta, keimanan, kesedihan, harapan, kegembiraan, putus asa, motivasi. Ketiga, behaviorisme gagal menerangkan masalah nilai dan makna yang dialami individu.

 

Meski begitu, behaviorisme telah menyumbangkan perspektif lain dalam metoda penyembuhan penyakit mental. Yakni metoda pelaziman dan kontra-pelaziman. Meski metoda itu hanya berlaku bagi sebagian kecil penyakit mental.

 

Sebagai catatan akhir, sudah saatnya Pemerintah, sebagai representasi negara, memandang rakyatnya sebagai manusia yang memiliki kesadaran, kewarasan, harapan, asa, dan motivasi, bukan semata himpunan orang melarat yang sakit yang butuh subsidi atau Bantuan Langsung Tunai (BLT). Yang diperlukan rakyat sesungguhnya adalah akses dan perizinan yang mudah untuk berusaha, lahan untuk bertani, laut yang tak tercemar, infrastruktur jalan, pendidikan dan kesehatan.

Periksa Juga

Sholat Idul fitri di Mesjid Nurul Hasanah Kadus Nahung, Sampaikan Sambutan Bupati Maros

Bagikan      NEWSSULSEL.id, Maros – Sholat Idul Fitri 1 Syawal 1446 H yang digelar panitia pelaksana di …

Tinggalkan Balasan